Chico Hakim memandang Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninggalkan adab sebagai Kepala Negara demi meneruskan kekuasaanya.
Sebelum ditunjuk menjadi jubir tim sukses capres-cawapres, Chico memang sudah aktif di dunia politik sejak lama. Ia pernah mencicipi Wakil Ketua Departemen Pemuda Partai Amanat Nasional periode 1998-2000. hingga saat ini. Pada Pemilu 2024, Chico mencoba peruntungannya menjadi calon anggota legislatif DPRD DKI Jakarta Dapil 9 .
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat debat Capres-Cawapres kelima di JCC Senayan, Jakarta, Minggu . Gini lho, sentil menyentil ini kan sebenarnya yang kita sentil adalah paslonnya ya kalau memang eksesnya terkena dengan para pendukungnya ya itu jadi hal yang biasa, mungkin salah satu pendukung utama dari paslon nomor dua itu kan Pak Jokowi, secara otomatis kita bisa lihat bahwa dia punya anak kandung yang berkontestasi juga, dan berada di paslon itu, ya nggak ada yang salah lah saya rasa, dan memang ini bukan rahasia lagi kok Bansos ini dilontorkan sebegitu banyak dengan nilai anggaran untuk...
Menurut saya tetap adat dan etika dari segalanya. Dan ini banyak adat dan etika yang dilanggar termasuk dengan pembagian bansos, mempolitisasi bansos yang notabene adalah uang negara yang dapat dari pajak rakyat tapi digunakan untuk memenangkan salah satu kandidat. Jadi kan masih ada masa kampanye juga, terus Pak Ganjar dan Bu Atiko juga sering kampanye ke Jawa Tengah nih. Ada apa di Jawa Tengah, Bang?
Itu kan bisa aja dia klaim, kita juga klaim begitu, tapi kalau bicara soal pengitungan parpolnya, PDI Perjuangan masih di atas, dan nomor duanya PKB, jadi ini masih pertarungan yang cukup bebas lah ya, tapi terakhir di hitungan kita Jawa Timur masih di kita, untuk di daerah lainnya itu tadi, nggak ada strategi yang istimewa, nggak ada yang rahasia, sebenarnya cuma kanvasing, bertemu rakyat.
Tapi sebenarnya di internal gimana sih Bang? Ini Ini kan jadi pertanyaan juga buat masyarakat di rumah. Ya kita sebagai penonton sebenarnya memang tahu, paham. Ibarat kata kita lihat urusan rumah tangga selebritis, kita paham gitu.
Ya mungkin karena memang nggak ada akses untuk penyampaian secara langsung, tapi juga publik mesti tahu karena ini bukan masalah satu rumah, ini masalah publik dong, politik itu kan masalah publik, politik ini bukan masalah kita berdua, bukan masalah Jokowi, tapi kan itu yang mau dilakukan oleh Pak Jokowi justru nggak benar, politik itu bukan masalah dia dan Bu Iriana dan Gibran untuk menentukan anak yang menjadi calon wakil presiden, publik harus tahu, publik harus siapkan soal itu, sama...
Dengan melihat sikapnya yang seperti ini, ada nggak satu pesan yang ingin disampaikan abang ke Pak Jokowi gitu kan? Karena Karena secara, ya dilihat masyarakat ya, Pak Jokowi masih PDIP kok, tapi kok lebih akrab sama yang sebelah? Naik sepeda mahal, naik sepedanya pasti dibeli sama negara.
Karena kamu taat hukum? Enggak Enggak lah, karena kamu punya adab dan etika. Jadi ada juga dalam tantangan-tantangan tentu-tentu ada adab dan etika itu harus juga dipikirkan. Secara teks mungkin dia sudah banyak pelanggaran dalam aturan-aturan dan AD/ART partai, tapi kan ada adat dan etika, dia seorang presiden, dia seorang kepala negara, itu tadi, Pak, negara yang harusnya mengayumi semua itu, kita masih menganggap dia sebagai pelanggar.
Ada batasan-batasan soal pengkhianatan yang kita nggak terpikir untuk melakukan, ah malu, ah dosa, ah takut, orang kalau nggak ada batasan-batasan itu ya dia terpikir untuk melakukan hal yang luar biasa, artinya sebenarnya bukan berdasarkan kecerdasan, itu berdasarkan dengan moral yang berbeda dengan orang pada umumnya, itu aja.
Dan itu menurut saya gini, orang akan melihat, kok bisa gitu ya? Itu bisa, kenapa? Saya bilang tadi kan saya katakan, ada hal-hal yang lebih besar dari sekedar partisan, bangsa dan negara tadi. Ketika kamu tanyakan apa yang dilakukan Pak Peduli ke PDIP, sebenarnya itu nggak terlalu penting.
Masih ingat kemarin kata Bu Mega apa yang marah-marah ke TNI Polri gitu tapi dibalas lagi tuh Bang sama 02, Pak Dudung. Pak Dudung bilang, ya nggak apa-apa gitu, tapi kenapa BIN nggak disebut? juga masih ada, gimana tuh bang?